Ponorogo, lintasM – Satgas Penghijauan Kabupaten Ponorogo terus berinovasi dalam menjaga lingkungan. Tidak hanya fokus pada gerakan menanam pohon, tim ini juga menggalakkan program pengelolaan sampah organik melalui teknologi biopori jumbo. Langkah ini sekaligus mendukung upaya menabung air tanah dan mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA).
“Sampah organik langsung dimasukkan ke biopori, diurai oleh mikroorganisme dan cacing tanah hingga menjadi kompos alami,” ujar Ketua Satgas Penghijauan Ponorogo, Bambang Suhendro, Senin (25/8/2025).
Biopori Kurangi Sampah Hingga Puluhan Persen
Menurut Bambang, sekitar 60–65 persen sampah di Ponorogo berupa sampah organik. Jika dikelola dari sumbernya, maka volume sampah yang masuk ke TPA dapat ditekan drastis. Sementara itu, sampah anorganik bernilai ekonomis seperti plastik dapat dijual kembali sehingga tercipta ekonomi sirkuler dari pengelolaan sampah.
Sebagai percontohan, Pringgitan (rumah dinas Bupati Ponorogo) dijadikan lokasi demplot pengolahan sampah organik dengan biopori jumbo. Tiga unit biopori telah disiapkan, sehingga seluruh sampah organik bisa langsung masuk ke biopori atau dimanfaatkan untuk pakan ternak. “Harapannya, di Pringgitan tidak ada lagi sampah keluar yang membebani TPA,” ungkap Bambang menirukan arahan Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko.
Biopori Jumbo Hadir di Pasar Tradisional
Selain di Pringgitan, empat hingga enam unit biopori jumbo juga akan dipasang di Pasar Legi Ponorogo, pasar tradisional terbesar di daerah tersebut. Berdasarkan survei Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro (Perdagkum), pasar ini menghasilkan 8,4 meter kubik sampah organik per hari. Dengan adanya biopori, sampah dapat langsung dikelola di lokasi tanpa harus dibawa ke TPA.
“Nantinya juga dilakukan survei di pasar-pasar lain untuk menentukan jumlah biopori yang dibutuhkan, sesuai dengan volume sampah organik yang dihasilkan,” jelas Bambang.
Manfaat Biopori untuk Lingkungan
Demplot biopori telah lebih dulu diterapkan di RSUD dr Harjono Ponorogo sejak awal Agustus lalu. Hasilnya, banyak manfaat bisa dirasakan, mulai dari menambah cadangan air tanah, mengurangi risiko banjir, hingga menjadi media komposting alami.
Satgas berharap masyarakat Ponorogo ikut meniru penerapan biopori di lingkungan rumah masing-masing. “Sehingga masyarakat tidak hanya melihat, tapi juga bisa membuktikan manfaatnya secara langsung,” imbuh Bambang.
Solusi Genangan Air di Pendopo Agung
Selain pengelolaan sampah, Satgas Penghijauan juga membantu mengatasi persoalan genangan air di sekitar Pendopo Agung Ponorogo. Bersama Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Kawasan Permukiman (DPUPKP), Satgas menyiapkan langkah teknis berupa pengaspalan area cekungan dan optimalisasi saluran pembuangan ke sungai.
“Dengan langkah-langkah ini, Ponorogo diharapkan tidak hanya hijau karena pohon-pohon baru, tetapi juga bersih, sehat, dan berdaya karena sampah selesai dikelola di sumbernya serta cadangan air tanah tetap terjaga,” pungkas Bambang.(re/kominfo.pnrg)
















