NGAWI | lintasmataram – Pemerintah Kabupaten Ngawi menegaskan dukungan terhadap pelaksanaan tradisi tahunan Keduk Beji di Desa Tawun yang digelar pada Selasa (9/12/2025). Ritual adat ini tidak hanya merefleksikan nilai kerukunan dan gotong royong warga, tetapi juga menjadi momentum pelestarian sumber mata air serta membuka peluang ekonomi bagi masyarakat.
Keduk Beji sebagai Warisan Budaya Bernilai Sosial
Wakil Bupati Ngawi, Dwi Rianto Jatmiko atau akrab disapa Antok, menyampaikan bahwa Keduk Beji merupakan warisan budaya yang sarat makna sosial.
“Keduk Beji bukan sekadar ritual pembersihan sumber mata air, tetapi simbol keguyuban, gotong royong, dan kerukunan warga Desa Tawun,” ujarnya.
Komitmen Menjaga Ekosistem dan Ketersediaan Air Bersih
Ritual pembersihan Sumber Mata Air Tawun menjadi bentuk nyata komitmen warga dalam menjaga keberlanjutan pasokan air bersih. Pemerintah daerah mendukung upaya konservasi melalui pemeliharaan vegetasi, pengawasan kawasan hulu-hilir, serta koordinasi antara perangkat desa dan Dinas Lingkungan Hidup agar ekosistem kawasan tetap terjaga.
Antok menegaskan bahwa keberlanjutan sumber air merupakan bagian dari penanganan kebutuhan publik jangka panjang.
“Menjaga tanaman, pohon, dan lingkungan sekitar sumber air adalah komitmen kami untuk menjamin keberlanjutan kebutuhan air masyarakat,” tegasnya.
Selain menjaga aspek lingkungan, Pemkab Ngawi juga mendorong Keduk Beji menjadi agenda tetap dalam kalender wisata tradisi. Pelestarian budaya yang terus dijaga ini dinilai mampu memperluas peluang ekonomi masyarakat. Selama perayaan berlangsung, aktivitas warga terbukti memberi dampak positif bagi UMKM lokal, mulai dari kuliner, kerajinan, hingga jasa wisata.
Pemerintah berharap konsistensi penyelenggaraan Keduk Beji dapat semakin memperkuat identitas budaya Ngawi sekaligus membuka ruang lebih luas bagi pelaku UMKM untuk tumbuh dalam ekosistem wisata berbasis tradisi lokal.(red)
















